Donor darah. Pertama kali mendengarnya saat latihan Pramuka di SD. Membuatku berkata dalam batin, “Saat dewasa kelak, aku akan menjadi pendonor darah. Aku mau bantu orang lain yang membutuhkan.”
Kini, aku sudah dewasa. Namun, tak kunjung bisa menepati janji. Berat badan tak cukup. Tekanan darah pun selalu rendah. Malahan, akulah yang menjadi resipiennya. Berikut kisahnya:
Saat itu aku hamil pertama kali. Tak dinyana, janinnya tidak masuk ke dalam rahim. Ia malah tersangkut di saluran telur. Akhirnya, saluran telur yang memang tak dirancang untuk tempat janin berkembang tak sanggup mengakomodasi pertumbuhannya. Pagi itu pecahlah saluran telur sebelah kiri. Pendarahan hebat terjadi di dalam tubuh. Memenuhi seluruh rongga, mendesak semua organ dalam. Jangan ditanya sakitnya. Orang-orang yang pernah mengalami kasus sama sepakat kalau sakitnya melebihi orang melahirkan normal. Belum lagi sesak napas yang kualami karena paru-paru tak punya ruang untuk mengembang dan menampung oksigen.
Singkat kata, setelah dokter mengobservasi, diputuskanlah untuk dilakukan operasi pada siang hari itu. Darah donor harus disiapkan karena aku kehilangan banyak darah. Hasil pemeriksaan terakhir sebelum aku masuk ruang persiapan operasi: kadar hemoglobinku (Hb) tinggal 6 gr/dL dari yang seharusnya minimal 12 gr/dL. Kepala terasa sangat berat. Inginnya memejamkan mata saja.
Suami sudah tanda tangan, dokter sudah siap, ruang operasi sudah menanti, tinggal tunggu darah. Siapa yang menyangka kalau stok darah golongan B di kota kami sedang kosong! Jadilah suami meminta bantuan seorang kenalan untuk ke PMI di lain kota. Di rumah sakit aku menunggu sambil menahan rasa sakit yang sangat. Waktu terasa berjalan amat lambat. Terkadang kala rasa sakit dan sesak napas memuncak, ingin rasanya untuk menyerah.
Untunglah, akhirnya kantong-kantong berisi darah yang ditunggu-tunggu itu datang juga. Tindakan operasi segera dilaksanakan. Aku baru tersadar dari pengaruh obat bius saat hari sudah malam. Masih terasa sakit bekas jahitan sehingga untuk berdehem pun aku tak bisa. Ketika dokter datang visite keesokan harinya, dia bercerita kalau kemarin itu aku membutuhkan delapan kantong darah. Itu berarti dua liter darah!
Hingga kini tentu aku tak pernah tahu darah siapa yang pernah mengaliri tubuhku saat itu. Namun, siapa pun itu, ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya patut kusampaikan. Berkat keputusan seseorang untuk menjadi pendonor, satu nyawa terselamatkan. Kini aku sudah memiliki dua putra setelah kehamilan pertama yang dikoreksi itu. Berarti boleh dikatakan ada tiga nyawa dimuka bumi saat ini karena tindakan seseorang yang rela mendonorkan darahnya.
Sebagai penutup, ijinkan aku mengutip kata-kata Winston Churcill, Perdana Menteri Inggris yang terkenal itu: “Kita hidup dengan apa yang kita dapatkan, namun kita menyelamatkan kehidupan dengan apa yang kita berikan.”
Thursday, May 1, 2014
Andini: Darah untuk Ayah
Kehilangan adalah perasaan terburuk yang pernah ada didunia ini. Saya tidak pernah berani membayangkan akan datang masa dimana orang-orang yang paling saya cintai akan meninggalkan saya. Tapi,perasaan takut ditinggalkan ini muncul begitu besar ketika saya mendengar bahwa ayah saya mengidap tumor kandung kemih. Saya tahu benar bahwa ayah memang tidak terlalu baik kesehatannya, tetapi penyakit tumor benar-benar berada jauh dari bayangan saya. Ayah tidak bisa mengeluarkan air seninya dengan normal sehingga harus dipasangi kateter. Hal yang lebih buruk lagi, saya dapat melihat jelas air seninya berwarna merah pekat di kantong penampung. Pendarahan didalam sudah cukup parah dan jadwal operasi ayah akan dipercepat, begitu penjelasan dokter setelah sebulan ayah dirawat dirumah sakit.
Sebagai persiapan operasi tumor, keluarga diminta untuk mempersiapkan empat kantong darah. Sayangnya tidak seorangpun anggota keluarga kami yang bergolongan darah sama seperti ayah. Ayah bergolongan darah O, sementara ibu AB, jadi kami anak-anaknya bergolongan darah B. Rumah sakit juga mengatakan mereka kehabisan stok darah. Satu-satunya solusi adalah mendatangi PMI dan meminta persediaan darah mereka. Saya sangat bersyukur karena urusan kami diberi kemudahan oleh pihak PMI. Setelah menyelesaikan beberapa administrasi kami berhasil mendapatkan darah yang dibutuhkan dan operasi dapat dilangsungkan.
Keadaan ayah berangsur-angsur baik setelah operasi. Tapi keadaan itu tidak berlangsung lama. Jumlah hemoglobin ayah menurun drastis dalam jangka waktu yang cukup singkat. Dokter menduga terjadi infeksi di dalam sehingga menyebabkan terjadinya pendarahan. Tetapi ayah tidak mengeluhkan air seninya berdarah lagi sehingga membingungkan tim dokter apa penyebab turunnya jumlah hemoglobin dengan begitu cepat. Ayah menjalani sejumlah tes dibeberapa rumah sakit tetapi diagnosa dokter belum sampai pada kesimpulan yang jelas. Selama waktu itu ayah dianjurkan mengkonsumsi makanan untuk menaikkan hemoglobin,diberikan antibiotik, serta beberapa kali menjalani transfusi darah ketika jumlah hemoglobinnya terlalu rendah.
Kebingungan kami selama ini akhirnya terjawab setelah ayah menjalani tes disalah satu rumah sakit besar. Ayah mengidap thalassemia,penyakit bawaan dimana sistem tubuh penderitanya tidak mampu memproduksi hemoglobin yang normal. Menurut dokter penyakit ini belum bisa disembuhkan, yang bisa dilakukan adalah rutin melakukan transfusi darah dan mengkonsumsi obat penurun jumlah darah putih. Ayah yang sebelumnya berusaha menumbuhkan semangat hidup baru setelah menderita tumor merasa cukup terpukul mengetahui hal ini. Ini disebabkan karena ayah tidak diperbolehkan banyak berkegiatan karena jantung dan paru-parunya akan cepat sekali kelelahan.
Dikala kami dirundungi perasaan kalut, adik saya yang masih duduk di bangku SMA meminta izin untuk menjadi panitia kegiatan donor darah PMI disekolahnya. Dia ditugaskan turun kejalan untuk menarik simpati masyarakat agar berpartisipasi dalam kegiatan donor darah. Awalnya ibu tidak terlalu menyetujui karena adik tidak tahan berada di bawah terik matahari terlalu lama. Tetapi dia memberikan sebuah alasan yang membuat ibu dan saya benar-benar terharu. “Adik mau membantu orang-orang yang membutuhkan darah seperti ayah”, ucapnya tanpa ragu.
Sampai saat ini setidaknya sebulan sekali ayah akan menjalani transfusi darah, tetapi semangat hidupnya yang tinggi mampu membuatnya bertahan untuk tidak menjalani transfusi selama tiga bulan belakangan ini. Sepertinya sudah menjadi takdir bahwa PMI mempunyai peranan sangat besar dalam kehidupan kami.
Sebagai persiapan operasi tumor, keluarga diminta untuk mempersiapkan empat kantong darah. Sayangnya tidak seorangpun anggota keluarga kami yang bergolongan darah sama seperti ayah. Ayah bergolongan darah O, sementara ibu AB, jadi kami anak-anaknya bergolongan darah B. Rumah sakit juga mengatakan mereka kehabisan stok darah. Satu-satunya solusi adalah mendatangi PMI dan meminta persediaan darah mereka. Saya sangat bersyukur karena urusan kami diberi kemudahan oleh pihak PMI. Setelah menyelesaikan beberapa administrasi kami berhasil mendapatkan darah yang dibutuhkan dan operasi dapat dilangsungkan.
Keadaan ayah berangsur-angsur baik setelah operasi. Tapi keadaan itu tidak berlangsung lama. Jumlah hemoglobin ayah menurun drastis dalam jangka waktu yang cukup singkat. Dokter menduga terjadi infeksi di dalam sehingga menyebabkan terjadinya pendarahan. Tetapi ayah tidak mengeluhkan air seninya berdarah lagi sehingga membingungkan tim dokter apa penyebab turunnya jumlah hemoglobin dengan begitu cepat. Ayah menjalani sejumlah tes dibeberapa rumah sakit tetapi diagnosa dokter belum sampai pada kesimpulan yang jelas. Selama waktu itu ayah dianjurkan mengkonsumsi makanan untuk menaikkan hemoglobin,diberikan antibiotik, serta beberapa kali menjalani transfusi darah ketika jumlah hemoglobinnya terlalu rendah.
Kebingungan kami selama ini akhirnya terjawab setelah ayah menjalani tes disalah satu rumah sakit besar. Ayah mengidap thalassemia,penyakit bawaan dimana sistem tubuh penderitanya tidak mampu memproduksi hemoglobin yang normal. Menurut dokter penyakit ini belum bisa disembuhkan, yang bisa dilakukan adalah rutin melakukan transfusi darah dan mengkonsumsi obat penurun jumlah darah putih. Ayah yang sebelumnya berusaha menumbuhkan semangat hidup baru setelah menderita tumor merasa cukup terpukul mengetahui hal ini. Ini disebabkan karena ayah tidak diperbolehkan banyak berkegiatan karena jantung dan paru-parunya akan cepat sekali kelelahan.
Dikala kami dirundungi perasaan kalut, adik saya yang masih duduk di bangku SMA meminta izin untuk menjadi panitia kegiatan donor darah PMI disekolahnya. Dia ditugaskan turun kejalan untuk menarik simpati masyarakat agar berpartisipasi dalam kegiatan donor darah. Awalnya ibu tidak terlalu menyetujui karena adik tidak tahan berada di bawah terik matahari terlalu lama. Tetapi dia memberikan sebuah alasan yang membuat ibu dan saya benar-benar terharu. “Adik mau membantu orang-orang yang membutuhkan darah seperti ayah”, ucapnya tanpa ragu.
Sampai saat ini setidaknya sebulan sekali ayah akan menjalani transfusi darah, tetapi semangat hidupnya yang tinggi mampu membuatnya bertahan untuk tidak menjalani transfusi selama tiga bulan belakangan ini. Sepertinya sudah menjadi takdir bahwa PMI mempunyai peranan sangat besar dalam kehidupan kami.
Andika: Donor Darah
Kalian pasti tahu Donor Darah kan teman-teman? Donor Darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di Bank Darah yang kemudian digunakan pada transfusi darah.
Nah sekarang, pernahkah kalian melakukan Donor Darah? Kalau pernah, Apa sih yang membuat kalian ingin Donor Darah? Pasti diantara kalian punya alasan yang berbeda. Ok saya yakin pasti alasan kalian sangat mulia semuanya.
Setelah saya survey teman saya teman-teman, ternyata rata-rata alasan mereka donor itu, karena :
1. Sebagai bentuk kepedulian, dengan donor dapat menyelamatkan nyawa orang,
2. Sebagai wujud syukur kita, karena diberi kesehatan,
3. Naluri yang mengatakan “suatu saat nanti, entah kapan, pasti kita, orang tua kita, keluarga kita, dan saudara kita pasti ada yang butuh donor, oleh karena itu kita juga harus donor”.
4. Banyak manfaatnya, salah satunya dapat makanan dan souvenir gratis, dan tentunya masih banyak yang lain. Teman-teman beruntunglah kalian yang pernah melakukan Donor Darah atau bahkan rutin.
Kenapa saya katakan beruntung? Tahu gak sih, Donor Darah itu ternyata banyak sekali manfaatnya. Bukan hanya untuk penerima saja loh, namun juga untuk pendonor teman-teman. Apa saja sih manfaatnya, yuk simak bersama! Pertama yah teman-teman, buat pendonor, yang semula tidak tahu golongan darahnya apa, nanti jadi tahu, kok bisa? Karena sebelum di ambil darahnya, pasti di cek dulu golongan darah kita apa. Kedua nih teman-teman, bagus banget buat tubuh kita loh, mesti kaget yah? Gini nih, Donor Darah itu dapat membakar kalori, jadi yang gemuk karena rutin Donor Darah, bisa jadi langsing loh.
Ada lagi manfaat buat tubuh kita yaitu melindungi jantung, memperlancar sirkulasi darah, meningkatkan kerja otak, memperbarui sel darah baru dan lain-lain yang tentunya sangat bagus untuk tubuh kita. Tuh kan, banyak banget manfaat donor darah, jadi kalian yang sudah pernah donor itu beruntung banget teman-teman. Nah sekarang manfaat buat yang menerima donor nih, tentu juga sangat banyak, dan saya yakin pasti kalian sudah tahu semua, iya kan?
Yuk simak lagi manfaatnya! Pertama, tentu akan menyelamatkan nyawa orang lain, iya gak teman-teman? Iya dong, misal begini, teman kalian kecelakaan dan kehabisan darah, dan butuh tambahan darah untuk menyelamatkan nyawanya, nah dengan adanya donor darah mesti nyawa dia dapat tertolong kan. Karena nyawanya tertolong itu, pasti umurnya juga akan panjang kan, karena umurnya panjang itu, kita juga sudah membahagiakan orang kan? Jadi kalau dalam peribahasa itu, sekali dayung 2/3 pulau terlampaui. Wah keren kan.. so Jangan Takut Donor Darah, karena Donor Darah Menyelamatkan Banyak Jiwa.
Nah sekarang, pernahkah kalian melakukan Donor Darah? Kalau pernah, Apa sih yang membuat kalian ingin Donor Darah? Pasti diantara kalian punya alasan yang berbeda. Ok saya yakin pasti alasan kalian sangat mulia semuanya.
Setelah saya survey teman saya teman-teman, ternyata rata-rata alasan mereka donor itu, karena :
1. Sebagai bentuk kepedulian, dengan donor dapat menyelamatkan nyawa orang,
2. Sebagai wujud syukur kita, karena diberi kesehatan,
3. Naluri yang mengatakan “suatu saat nanti, entah kapan, pasti kita, orang tua kita, keluarga kita, dan saudara kita pasti ada yang butuh donor, oleh karena itu kita juga harus donor”.
4. Banyak manfaatnya, salah satunya dapat makanan dan souvenir gratis, dan tentunya masih banyak yang lain. Teman-teman beruntunglah kalian yang pernah melakukan Donor Darah atau bahkan rutin.
Kenapa saya katakan beruntung? Tahu gak sih, Donor Darah itu ternyata banyak sekali manfaatnya. Bukan hanya untuk penerima saja loh, namun juga untuk pendonor teman-teman. Apa saja sih manfaatnya, yuk simak bersama! Pertama yah teman-teman, buat pendonor, yang semula tidak tahu golongan darahnya apa, nanti jadi tahu, kok bisa? Karena sebelum di ambil darahnya, pasti di cek dulu golongan darah kita apa. Kedua nih teman-teman, bagus banget buat tubuh kita loh, mesti kaget yah? Gini nih, Donor Darah itu dapat membakar kalori, jadi yang gemuk karena rutin Donor Darah, bisa jadi langsing loh.
Ada lagi manfaat buat tubuh kita yaitu melindungi jantung, memperlancar sirkulasi darah, meningkatkan kerja otak, memperbarui sel darah baru dan lain-lain yang tentunya sangat bagus untuk tubuh kita. Tuh kan, banyak banget manfaat donor darah, jadi kalian yang sudah pernah donor itu beruntung banget teman-teman. Nah sekarang manfaat buat yang menerima donor nih, tentu juga sangat banyak, dan saya yakin pasti kalian sudah tahu semua, iya kan?
Yuk simak lagi manfaatnya! Pertama, tentu akan menyelamatkan nyawa orang lain, iya gak teman-teman? Iya dong, misal begini, teman kalian kecelakaan dan kehabisan darah, dan butuh tambahan darah untuk menyelamatkan nyawanya, nah dengan adanya donor darah mesti nyawa dia dapat tertolong kan. Karena nyawanya tertolong itu, pasti umurnya juga akan panjang kan, karena umurnya panjang itu, kita juga sudah membahagiakan orang kan? Jadi kalau dalam peribahasa itu, sekali dayung 2/3 pulau terlampaui. Wah keren kan.. so Jangan Takut Donor Darah, karena Donor Darah Menyelamatkan Banyak Jiwa.
Alfian: Pengalaman Donor Darah Pertamaku
Walaupun caranya tidak se ekstrim komik disamping, tapi kegiatan donor darahku yang pertama memang benar adalah hasil paksaan dari sahabatku.
Waktu itu aku benar–benar pucat setengah mati.
Alasannya sebenarnya sederhana, “Aku takut dengan Jarum Suntik”. Jujur saja Sobat, dulu sewaktu SD aku pernah sampai setengah hari bersembunyi di WC hanya untuk menghindari petugas Puskesmas yang datang menyuntik di kelasku. Ketika berada ke PMI itupun sebenarnya sempat terbersit niat untuk kabur, namun entah kenapa hati kecilku saat itu tidak setuju. Alhasil akupun akhirnya sukses terbaring lemas di kursi donor PMI Kota Mataram.
“Sumpah! Berbaring di kursi donor darah itu sensasinya sama seperti saat akan di sunat!” Akupun menutup mata.
“Sebelumnya sudah pernah donor darah Mas?” Tanya sebuah suara tiba-tiba. Aku terkejut, ketika membuka mata dua orang petugas PMI sudah berada disampingku.
Astaga, akibat terlalu sibuk dengan lamunan yang aneh-aneh Aku sampai tidak menyadari keberadaan mereka berdua.
“Ini baru pertama kalinya mbak” jawabku sedikit gemetar Mereka tersenyum.
“wow, ini pasti nanti jadi pengalaman yang tak terlupakan mas”
Aku tersenyum kecut, “iya benar, hari ini pasti akan kuingat terus sebagai pengalaman paling menakutkan” pikirku dalam hati.
Sembari berbicara denganku petugas lainnya yang berada di sisi kiri mulai memasangkan alat seperti pengukur tensi darah ditanganku. Pelan namun pasti, tekanan di lengan kiriku semakin berat ketika alat itu dipompakan. Ketakutanku saat itu sudah mencapai level dewa
“Donor darah itu bisa membuat kita semakin sehat loh” ujar Petugas PMI disebelah kananku.
“Hah?! Sehat darimananya mba?” sahutku tak percaya.
“Bukankah dengan diambilnya darah maka otomatis tubuh kita akan menjadi lemas dan tak bertenaga?”
Ia tersenyum, “memang benar setelah diambil darah tubuh kita akan sedikit lemas, tapi tenang saja karena tak lama setelah itu tubuh Anda akan kembali bertenaga, bahkan lebih fit daripada yang sebelumnya”
“kok bisa?” Tanyaku
“karena dengan keluarnya sebagian darah akan membuat jantung memproduksi lebih banyak sel darah merah baru yang tentunya lebih bersih dan sehat”
Saat itu Aku tak tahu apa alasannya, tapi ia sempat berhenti sejenak berbicara kemudian tersenyum melihatku.
Setelah itu melanjutkan kembali penjelasannya “kalau diibaratkan donor darah itu mungkin seperti ‘ganti oli’ motor mas. Dengan mengganti oli bekas yang sudah kotor dengan oli baru yang bersih akan membuat kinerja motor semakin bertenaga”
Aku mengangguk mengerti, penjelasannya dari mbak petugas PMI ini sangat mudah dimengerti. Tapi masih ada satu hal yang masih mengganjal pikiranku.
“mba, bukankah darah yang ada di PMI merupakan hasil sumbangan dari banyak orang. Lalu mengapa PMI malah menjualnya dengan harga mahal?”
“sebenarnya memang gratis, hanya saja yang membuat mahal itu adalah proses yang dilakukan untuk mensterilkan darah tersebut. Tidak mungkin dong kami akan memberikan darah sembarangan tanpa ada pemeriksaan dahulu” jawabnya
“Oh...” Aku mengangguk paham
“oke mas, sekarang semua sudah selesai” ujar petugas PMI yang berada dibagian kiri
tiba-tiba “selesai? Apanya?” Tanyaku bingung Betapa terkejutnya aku ketika petugas itu mengangkat sebuah kantong yang sudah terisi oleh darahku.
Sekarang aku mengerti, ternyata selama aku berbincang tadi proses donor juga tengah berlangsung “Ternyata Donor Darah itu Menyenangkan”
Alasannya sebenarnya sederhana, “Aku takut dengan Jarum Suntik”. Jujur saja Sobat, dulu sewaktu SD aku pernah sampai setengah hari bersembunyi di WC hanya untuk menghindari petugas Puskesmas yang datang menyuntik di kelasku. Ketika berada ke PMI itupun sebenarnya sempat terbersit niat untuk kabur, namun entah kenapa hati kecilku saat itu tidak setuju. Alhasil akupun akhirnya sukses terbaring lemas di kursi donor PMI Kota Mataram.
“Sumpah! Berbaring di kursi donor darah itu sensasinya sama seperti saat akan di sunat!” Akupun menutup mata.
“Sebelumnya sudah pernah donor darah Mas?” Tanya sebuah suara tiba-tiba. Aku terkejut, ketika membuka mata dua orang petugas PMI sudah berada disampingku.
Astaga, akibat terlalu sibuk dengan lamunan yang aneh-aneh Aku sampai tidak menyadari keberadaan mereka berdua.
“Ini baru pertama kalinya mbak” jawabku sedikit gemetar Mereka tersenyum.
“wow, ini pasti nanti jadi pengalaman yang tak terlupakan mas”
Aku tersenyum kecut, “iya benar, hari ini pasti akan kuingat terus sebagai pengalaman paling menakutkan” pikirku dalam hati.
Sembari berbicara denganku petugas lainnya yang berada di sisi kiri mulai memasangkan alat seperti pengukur tensi darah ditanganku. Pelan namun pasti, tekanan di lengan kiriku semakin berat ketika alat itu dipompakan. Ketakutanku saat itu sudah mencapai level dewa
“Donor darah itu bisa membuat kita semakin sehat loh” ujar Petugas PMI disebelah kananku.
“Hah?! Sehat darimananya mba?” sahutku tak percaya.
“Bukankah dengan diambilnya darah maka otomatis tubuh kita akan menjadi lemas dan tak bertenaga?”
Ia tersenyum, “memang benar setelah diambil darah tubuh kita akan sedikit lemas, tapi tenang saja karena tak lama setelah itu tubuh Anda akan kembali bertenaga, bahkan lebih fit daripada yang sebelumnya”
“kok bisa?” Tanyaku
“karena dengan keluarnya sebagian darah akan membuat jantung memproduksi lebih banyak sel darah merah baru yang tentunya lebih bersih dan sehat”
Saat itu Aku tak tahu apa alasannya, tapi ia sempat berhenti sejenak berbicara kemudian tersenyum melihatku.
Setelah itu melanjutkan kembali penjelasannya “kalau diibaratkan donor darah itu mungkin seperti ‘ganti oli’ motor mas. Dengan mengganti oli bekas yang sudah kotor dengan oli baru yang bersih akan membuat kinerja motor semakin bertenaga”
Aku mengangguk mengerti, penjelasannya dari mbak petugas PMI ini sangat mudah dimengerti. Tapi masih ada satu hal yang masih mengganjal pikiranku.
“mba, bukankah darah yang ada di PMI merupakan hasil sumbangan dari banyak orang. Lalu mengapa PMI malah menjualnya dengan harga mahal?”
“sebenarnya memang gratis, hanya saja yang membuat mahal itu adalah proses yang dilakukan untuk mensterilkan darah tersebut. Tidak mungkin dong kami akan memberikan darah sembarangan tanpa ada pemeriksaan dahulu” jawabnya
“Oh...” Aku mengangguk paham
“oke mas, sekarang semua sudah selesai” ujar petugas PMI yang berada dibagian kiri
tiba-tiba “selesai? Apanya?” Tanyaku bingung Betapa terkejutnya aku ketika petugas itu mengangkat sebuah kantong yang sudah terisi oleh darahku.
Sekarang aku mengerti, ternyata selama aku berbincang tadi proses donor juga tengah berlangsung “Ternyata Donor Darah itu Menyenangkan”
Aken: Donor Darah Sebagai Gaya Hidup yang Mulia
Sekarang ini kegiatan donor darah menjadi salah satu rutinitasku setiap tiga bulan sekali. Hal ini semacam life style menurutku, karena lebih dari tiga bulan tidak melakukan donor badanku akan merasa ada yang kurang. keberanianku untuk rela melakukan donor darah muncul saat aku duduk d bangku Sekolah menengah atas. Aku melihat para anggota PMI mengunjungi sekolah kami untuk melakukan sosialisasi donor darah. Dari situ, aku dan sahabatku ingin mencoba berpartisipasi karena kegiatan donor darah merupakan kegiatan yang sangat mulia. Darah kita bisa menyelamatkan kehidupan seseorang. Hal positif dari donor darah lainnya adalah kita bisa selalu memantau keadaan kesehatan tubuh kita. Karena sebelum donor kita akan dicek tekanan darah dan kadar Hemoglobinya. Ketakutanku akan jarum suntik mulai kuhilangkan sedikit demi sedikit dengan memikirkan kelipatan kebaikan yang bisa aku lakukan. Benar saja, ketika pertama kali jarum menusuk disebelah tangan kiriku aku hanya bisa berdoa segala macam doa yang aku bisa sembari menutup erat mataku, dan ternyata tidak sakit sama sekali seperti yang aku bayangkan. Hari itu aku masih ingat betapa bahagianya aku melihat satu kantong darah dari dalam tubuhku akan dapat membantu seseorang diluar sana.
Setelah beberapa lama melakukan donor darah hanya di event luar ketika PMI membuka stand, akhirnya aku memutuskan untuk mendonorkan darahku secara langsung ke kantor PMI cabang Surakarta. Disini menurutku pelayanannya lebih cepat dan tidak terlalu antri seperti ketika di event-event luar, selain itu juga tempatnya lebih bersih dan nyaman. Tercatat sejak SMA sampai sekarang hampir delapan kali aku melakukan donor darah. Namun sayangnya kebutuhan darah di Indonesia masih sangat kurang dengan hanya separuhnya saja yang tercukupi.
Jadi sebenarnya kegiatan donor darah sangat mudah dan cepat prosesnya. Paling tidak suatu waktu boleh lah kita meluangkan waktu sejenak untuk bisa melakukan kegiatan positif ini. Paling cepat setengah jam kegiatan donor sudah bisa dilakukan, dan kita harus menunggu tiga bulan untuk melakukan donor yang selanjutnya. Jadi dibanding dengan waktu sedikit yang kita relakan untuk donor, manfaat darah bagi pasien yang membutuhkan akan lebih besar manfaatnya. Apalagi untuk para generasi muda yang sudah cukup umur, sehat dan masuk kriteria yang baik sebagai pendonor. Pasti kedepannya kita akan mendapat efek positif dengan menjadikan kegiatan donor darah sebagai kesatuan dalam gaya hidup kita. Dan ingatlah selalu bahwa yang akan kita selamatkan adalah kehidupan manusia. So for me, Blood Donation is a must!!
Setelah beberapa lama melakukan donor darah hanya di event luar ketika PMI membuka stand, akhirnya aku memutuskan untuk mendonorkan darahku secara langsung ke kantor PMI cabang Surakarta. Disini menurutku pelayanannya lebih cepat dan tidak terlalu antri seperti ketika di event-event luar, selain itu juga tempatnya lebih bersih dan nyaman. Tercatat sejak SMA sampai sekarang hampir delapan kali aku melakukan donor darah. Namun sayangnya kebutuhan darah di Indonesia masih sangat kurang dengan hanya separuhnya saja yang tercukupi.
Jadi sebenarnya kegiatan donor darah sangat mudah dan cepat prosesnya. Paling tidak suatu waktu boleh lah kita meluangkan waktu sejenak untuk bisa melakukan kegiatan positif ini. Paling cepat setengah jam kegiatan donor sudah bisa dilakukan, dan kita harus menunggu tiga bulan untuk melakukan donor yang selanjutnya. Jadi dibanding dengan waktu sedikit yang kita relakan untuk donor, manfaat darah bagi pasien yang membutuhkan akan lebih besar manfaatnya. Apalagi untuk para generasi muda yang sudah cukup umur, sehat dan masuk kriteria yang baik sebagai pendonor. Pasti kedepannya kita akan mendapat efek positif dengan menjadikan kegiatan donor darah sebagai kesatuan dalam gaya hidup kita. Dan ingatlah selalu bahwa yang akan kita selamatkan adalah kehidupan manusia. So for me, Blood Donation is a must!!
Ade S: Darahku, untukmu
Hari itu, Jumat tepat pukul 09.40 kuliah kami selesai, aku bergegas keluar. Tapi Aulia menghentikan langkahku, dia memintaku menemaninya untuk makan. Diperjalanan kita pun berbincang-bincang dan dia mengajakku untuk donor darah. Mulanya aku menolak, tapi seiring aku menemani diam akan akhirnya aku ikut, dengan hati masih ragu. Singkat cerita, setelah makan kami pergi menuju posko donor darah. Dengan semangat dia masuk dan langsung mengisi meja registrasi. Sedangkan aku. Menginjak garis pembatas posko saja tidak berani. Aku duduk didekat Aulia. Aku selalu bertanya, bagaimana rasanya?Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi? dengan harapan aku memiliki alasan supaya tidak jadi ikut donor darah.Tapi aku tidak menemukan alasan itu. Aku takut, jangan-jangan aku jadi donor darah hari ini.
Waktu terus berjalan,antrean masih panjang,Entah urutan keberapa aku. Tiba-tiba, aku lihat dua orang laki-laki keluar dari kamar donor satu dengan muka lemas, dan satu lagi wajahnya sangat pucat, kemudian mereka dibopong keluar dan diberi perlakuan oleh dokter. Melihat mereka berdua aku semakin takut, hingga aku bicara kepada Aulia “Jika sampai jam 10.30 tidak dipanggil juga aku pulangya”. Dia hanya mengangguk. Lalu aku dibuat bingung lagi, ketika ada wanita agak subur tubuhnya, dia keluar dari kamar donor dengan wajah ceria dan diikuti gerak tubuh yang lincah dan melompat-lompat kecil. Aku kira dia salah satu panitia, tapi ternyata dia juga pendonor sama seperti aku,aku dibuat bingung karena memang aku baru pertama kali.
Sepuluh menit lagi menuju 10.30. Aulia-pun dipanggil, aku semakin cemas karena setelahnya pasti namaku. Dia terlihat santai ketika dicek darah, kemudian dia masuk dan aku tambah deg-degan. Namaku pun dipanggil, tadinya panitia hanya memberitahukan bahwa laki-laki akan didahulukan, tapi sepertinya aku salah bicara dan akhirnya aku yang didahulukan. Dengan berusaha tenang aku menuju meja periksa. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan, aku menjawab seadanya dengan harapan aku belum boleh mendonor,sungguh aku masih takut. Dan akhirnya, “Ya,silakan masuk”. Langkahku seperti tanpa arah, ku ambil tasku dan berjalan menuju kamar donor itu, kulihat Aulia temanku yang sedang menikmati kegiatannya.
Aku coba tebarkan senyum kepada petugas disana, pertanyaan demi pertanyaan aku lontarkan dan petugas tahu bahwa aku baru pertama kalinya mendonor. Aku berusaha tidak mau memperhatikan tanganku, sampai tiba-tiba aku merasa bahwa aku darahku belum keluar karena aku hanya merasa sebuah jarum menempel, dan tidak ada yang terjadi. Untuk meyakinkannya aku beranikan melihat tanganku, dengan terkejut aku lihat sebuah selang ditanganku berwarna merah tua. Wah ternyata tidak sakit, pikirku. Selalu aku lontarkan pertanyaan-pertanyaan dan ternyata waktu yang aku butuhkan agak sedikit lama Karena katanya darahku lambat keluar, ya mungkin karena aku tegang. Petugas selalu bertanya, “Pusing?, Lapar?, Ngantuk?” aku hanya menggelengkan kepala karena memang aku tidak merasakannya. Hampir 20 menit aku baru selesai, aku langsung menuju meja terakhir untuk mengambil makanan dan kartu donor darahku.
Alhamdulillah nasibku tidak seperti kedua laki-laki itu, aku masih segar, sehat dan masih mampu melakukan aktivitasku. Dari kejadian ini aku baru sadar, bahwa donor darah itu tidak seperti yang aku pikirkan, dan semuanya perlu bukti, bukan hanya perasaan yang kita rasakan berdasarkan kemampuan diri. Ini kuberikan darahku untukmu.
Waktu terus berjalan,antrean masih panjang,Entah urutan keberapa aku. Tiba-tiba, aku lihat dua orang laki-laki keluar dari kamar donor satu dengan muka lemas, dan satu lagi wajahnya sangat pucat, kemudian mereka dibopong keluar dan diberi perlakuan oleh dokter. Melihat mereka berdua aku semakin takut, hingga aku bicara kepada Aulia “Jika sampai jam 10.30 tidak dipanggil juga aku pulangya”. Dia hanya mengangguk. Lalu aku dibuat bingung lagi, ketika ada wanita agak subur tubuhnya, dia keluar dari kamar donor dengan wajah ceria dan diikuti gerak tubuh yang lincah dan melompat-lompat kecil. Aku kira dia salah satu panitia, tapi ternyata dia juga pendonor sama seperti aku,aku dibuat bingung karena memang aku baru pertama kali.
Sepuluh menit lagi menuju 10.30. Aulia-pun dipanggil, aku semakin cemas karena setelahnya pasti namaku. Dia terlihat santai ketika dicek darah, kemudian dia masuk dan aku tambah deg-degan. Namaku pun dipanggil, tadinya panitia hanya memberitahukan bahwa laki-laki akan didahulukan, tapi sepertinya aku salah bicara dan akhirnya aku yang didahulukan. Dengan berusaha tenang aku menuju meja periksa. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan, aku menjawab seadanya dengan harapan aku belum boleh mendonor,sungguh aku masih takut. Dan akhirnya, “Ya,silakan masuk”. Langkahku seperti tanpa arah, ku ambil tasku dan berjalan menuju kamar donor itu, kulihat Aulia temanku yang sedang menikmati kegiatannya.
Aku coba tebarkan senyum kepada petugas disana, pertanyaan demi pertanyaan aku lontarkan dan petugas tahu bahwa aku baru pertama kalinya mendonor. Aku berusaha tidak mau memperhatikan tanganku, sampai tiba-tiba aku merasa bahwa aku darahku belum keluar karena aku hanya merasa sebuah jarum menempel, dan tidak ada yang terjadi. Untuk meyakinkannya aku beranikan melihat tanganku, dengan terkejut aku lihat sebuah selang ditanganku berwarna merah tua. Wah ternyata tidak sakit, pikirku. Selalu aku lontarkan pertanyaan-pertanyaan dan ternyata waktu yang aku butuhkan agak sedikit lama Karena katanya darahku lambat keluar, ya mungkin karena aku tegang. Petugas selalu bertanya, “Pusing?, Lapar?, Ngantuk?” aku hanya menggelengkan kepala karena memang aku tidak merasakannya. Hampir 20 menit aku baru selesai, aku langsung menuju meja terakhir untuk mengambil makanan dan kartu donor darahku.
Alhamdulillah nasibku tidak seperti kedua laki-laki itu, aku masih segar, sehat dan masih mampu melakukan aktivitasku. Dari kejadian ini aku baru sadar, bahwa donor darah itu tidak seperti yang aku pikirkan, dan semuanya perlu bukti, bukan hanya perasaan yang kita rasakan berdasarkan kemampuan diri. Ini kuberikan darahku untukmu.
Achmad M: Bagaimana PMR Mengubah Hidupku
Remaja adalah proses transisi dari seorang anak menjadi manusia dewasa, proses ini merupakan proses pencarian jati diri dan pengakuan bagi seorang manusia, begitu pula dengan Aku. Dulu, tepatnya tiga tahun yang lalu, Aku adalah seorang yang cuek akan segala hal, baik dalam sosial maupun prestasi. Aku kerap kali mencari ketenaran semata, entah itu dianggap positif atau negatif untuk orang lain. Tujuannya satu, yaitu agar dapat dianggap oleh lingkungan pergaulan.
Hingga Aku bergabung dengan PMR di sekolahku, tiada tujuan mengapa Aku memilih mengikuti ekstra kulikuler PMR, tetapi Aku lebih menjadikan PMR sebagai ajang aksistensi semata. Ternyata harapanku salah. PMR memiliki banyak kegiatan, mulai dari latihan setiap hari rabu pulang sekolah sampai banyaknya kegiatan undangan dari luar sekolah terkait PMR. Waktu demi waktu pun berjalan Akupun mulai berproses, Aku yang tadinya adalah manusia beku tanpa kepedulian terhadap sesama, tetapi semenjak mengetahui bagaimana peran seorang relawan dalam mengolah setetes darah untuk menyelamatkan hidup orang banyak. Aku mulai sadar mengenai isu social di masyarakat. Yap, Aku tidak mendapatkan aksistensiku, tetapi menjadikan Aku mengenal pribadiku dan menjadikanku lebih dewasa.
Mengembangkan kesadaran terhadap isu sosial tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu suatu proses yang memerlukan pemikiran dan hati nurani di dalamnya. Ketika Aku menjadi panitia pendonoran darah, adalah waktuku yang sangat memiliki arti bagiku. Aku melihat bahwa donor darah, bukanlah sekedar mengambil darah dari seorang manusia, tetapi lebih kompleks dari itu. Dalam setetes darah ternyata memiliki nilai yang teramat didalamnya, bagimana tentang setetes darah mampu menyelamatkan kehidupan orang lain, bagimana setetes darah diperjuangkan agar sampai kepada orang yang tepat dan dengan cara yang tepat. Tetapi yang lebih penting bagiku adalah, jangan sampai kita menumpahkan darah orang lain jika kamu tidak mampu menggantinya, karena setetes darah memiliki nilai kehidupan di dalamnya.
Ini bukan tentang “Aku” tetapi bagaimana PMR bisa mengubah seorang remaja yang tidak memiliki kepedulian sosial menjadi peka terhadap isu sosial. PMR merupakan wadah yang tepat untuk remaja berproses menghadapi masa remajanya, karena menurutku remaja adalah bagian yang paling penting dalam siklus kehidupan yang akan berpengaruh pada masa depannya nanti. Aku berharap akan ada “Aku-aku” lainnya yang dapat diarahkan menjadi manusia yang lebih positif melalui PMR.
Hingga Aku bergabung dengan PMR di sekolahku, tiada tujuan mengapa Aku memilih mengikuti ekstra kulikuler PMR, tetapi Aku lebih menjadikan PMR sebagai ajang aksistensi semata. Ternyata harapanku salah. PMR memiliki banyak kegiatan, mulai dari latihan setiap hari rabu pulang sekolah sampai banyaknya kegiatan undangan dari luar sekolah terkait PMR. Waktu demi waktu pun berjalan Akupun mulai berproses, Aku yang tadinya adalah manusia beku tanpa kepedulian terhadap sesama, tetapi semenjak mengetahui bagaimana peran seorang relawan dalam mengolah setetes darah untuk menyelamatkan hidup orang banyak. Aku mulai sadar mengenai isu social di masyarakat. Yap, Aku tidak mendapatkan aksistensiku, tetapi menjadikan Aku mengenal pribadiku dan menjadikanku lebih dewasa.
Mengembangkan kesadaran terhadap isu sosial tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu suatu proses yang memerlukan pemikiran dan hati nurani di dalamnya. Ketika Aku menjadi panitia pendonoran darah, adalah waktuku yang sangat memiliki arti bagiku. Aku melihat bahwa donor darah, bukanlah sekedar mengambil darah dari seorang manusia, tetapi lebih kompleks dari itu. Dalam setetes darah ternyata memiliki nilai yang teramat didalamnya, bagimana tentang setetes darah mampu menyelamatkan kehidupan orang lain, bagimana setetes darah diperjuangkan agar sampai kepada orang yang tepat dan dengan cara yang tepat. Tetapi yang lebih penting bagiku adalah, jangan sampai kita menumpahkan darah orang lain jika kamu tidak mampu menggantinya, karena setetes darah memiliki nilai kehidupan di dalamnya.
Ini bukan tentang “Aku” tetapi bagaimana PMR bisa mengubah seorang remaja yang tidak memiliki kepedulian sosial menjadi peka terhadap isu sosial. PMR merupakan wadah yang tepat untuk remaja berproses menghadapi masa remajanya, karena menurutku remaja adalah bagian yang paling penting dalam siklus kehidupan yang akan berpengaruh pada masa depannya nanti. Aku berharap akan ada “Aku-aku” lainnya yang dapat diarahkan menjadi manusia yang lebih positif melalui PMR.
Subscribe to:
Posts (Atom)